or
Download
Download
or
http://turbobit.net/r5dryw2vd1b5.html
Review
Bahkan dengan keberadaan empat orang
penulis naskah yang mencoba untuk mengadaptasi kisah dari sebuah seri
komik yang telah diterbitkan semenjak tahun 1940, Green Lantern
terasa bagaikan sebuah film yang hadir dengan naskah cerita yang begitu
dangkal. Masalah utama dari naskah cerita yang disusun oleh Greg
Berlanti, Michael Green, Marc Guggenheim dan Michael Goldenberg ini
adalah mereka seperti mencoba untuk memadukan seluruh formula yang
biasanya ditemukan dalam film-film bertema superhero ke dalam
satu susunan naskah cerita. Sayangnya, hal itu kemudian berjalan dengan
buruk ketika mereka seperti lupa untuk membangun karakterisasi setiap
tokoh dengan baik, plot cerita yang menarik serta alur cerita yang
memikat. Ketika permasalahan itu semakin diperburuk oleh sutradara
Martin Campbell (Edge of Darkness, 2010) yang sepertinya lebih tertarik untuk menampilkan kekuatan special effect daripada jalan cerita, jadilah Green Lantern terasa bagaikan sebuah perjalanan panjang yang datar dan cenderung membosankan untuk diikuti.
Green Lantern
akan memperkenalkan penontonnya pada karakter Hal Jordan (Ryan
Reynolds), seorang pilot yang bekerja untuk menguji setiap pesawat yang
dihasilkan oleh perusahaan Ferris Aircraft. Walaupun seringkali terlihat
sebagai seorang pria yang penuh percaya diri dan hampir tidak mengenal
ketakutan apapun – sebuah keberanian yang sering ditunjukkannya ketika
ia sedang menerbangkan pesawatnya – Hal memiliki luka mendalam akan
kenangan sang ayah yang tewas secara mengenaskan di hadapannya ketika ia
juga sedang menerbangkan sebuah pesawat. Masa lalu yang kelam tersebut
sedikit banyak mempengaruhi Hal yang tumbuh menjadi pria yang begitu
takut akan arti sebuah tanggung jawab dalam hidupnya.
Well… hal tersebut akan berubah
ketika sebuah kekuatan datang dan membawa Hal ke hadapan Abin Sur
(Temuera Morrison), salah seorang anggota korps Green Lantern yang
bertugas untuk menjaga perdamaian alam semesta. Abin Sur – yang
merupakan salah satu anggota Green Lantern yang paling dihormati –
berada dalam kondisi yang kritis setelah pesawat yang ia bawakan
diserang oleh Parallax (Clancy Brown), seorang mantan anggota Green
Lantern yang kini lebih memilih untuk menyeberang ke sisi kegelapan. Tak
ingin kekuatannya terbuang, Abin Sur lalu menyerahkan cincin
kekuatannya pada Hal, yang secara otomatis kemudian membuat Hal menjadi
anggota Green Lantern terbaru dan menggantikan posisi Abin Sur.
Hal, yang sama sekali tidak pernah
mengenal kata tanggung jawab di sepanjang hidupnya, jelas merasaa
terbebani akan tugas barunya tersebut. Namun, Hal mau tidak mau harus
memanfaatkan kekuatan yang ia miliki ketika ia menyadari bahwa Parallax
berniat untuk menyerang Bumi dengan menebarkan teror ketakutan yang
mendalam pada setiap warganya. Di sisi lain, Hal juga harus berhadapan
dengan Dr Hector Hammond (Peter Sarsgaard), seorang pria yang juga
memiliki masa lalu kelam yang telah lama tidak menyukai Hal karena
selalu menghalangi usahanya untuk mendapatkan cinta Carol Ferris (Blake
Lively). Dr Hammond baru saja terkontaminasi oleh kekuatan Parallax
ketika ia mengidentifikasi jasad Abin Sur, yang kini membuatnya memiliki
kekuatan gelap dan akan dimanfaatkannya untuk merebut kembali semua hal
yang selama ini tidak dapat ia raih ketika hanya menjadi manusia biasa.
Sayangnya, bahkan dengan penjelasan mengenai plot cerita yang mungkin terdengar sedikit kompleks diatas, Green Lantern
gagal memadatkan setiap bagian cerita untuk kemudian menghadirkan sisi
menarik dari sebuah kisah lama mengenai pertarungan antara karakter
protagonis dengan karakter antagonis – yang jelas-jelas juga semenjak
lama telah diketahui siapa pemenangnya. Cukup disayangkan, sebenarnya,
karena Green Lantern setidaknya memiliki potensi yang baik yang
datang dari jajaran pemerannya. Mulai dari Reynolds, Lively, Sarsgaard
hingga pemeran pendukung seperti Tim Robbins dan Mark Strong terlihat
sangat pas untuk memerankan karakter yang mereka bawakan.
Karakterisasi dari peran merekalah yang
menjadi masalah besar dan membuat akting prima yang mereka tampilkan
terasa menjadi sia-sia belaka. Lihat bagaimana empat penulis naskah Green Lantern
menggambarkan karakter seorang Carol Ferris. Terlepas dari penggambaran
bahwa ia adalah seorang wanita pemberani yang terlihat cerdas, perannya
di Green Lantern tidak lebih dari sekedar pengisi posisi sebagai kekasih sang superhero.
Tidak lebih. Karakter Hal Jordan juga digambarkan begitu bertele-tele.
Hal sebenarnya bukanlah seorang karakter yang kompleks. Ia terlihat easygoing
walaupun dengan masa lalu kelam yang kerap menghantuinya serta kelakuan
yang sering membuatnya terasa sukar untuk dijadikan sosok idola.
Penggambaran bagaimana buruknya karakter Hal Jordan berlangsung cukup
dalam sehingga walaupun Hal kemudian diceritakan telah mendapatkan
kekuatan super, penonton sepertinya akan sulit mempercayai bahwa
karakter tersebut memiliki kekuatan untuk dapat merubah dirinya sendiri
menjadi seorang yang lebih baik.
Jika ada karakter yang terlihat begitu menarik pada Green Lantern,
maka karakter tersebut adalah karakter Dr Hector Hammond yang
diperankan oleh Peter Sarsgaard. Sama halnya dengan karakter Hal Jordan,
karakter Dr Hammond memiliki masa lalu yang kelam. Oleh ayahnya, ia
sering diperlakukan bagaikan hasil produksi yang gagal dan sama sekali
tidak pernah dihargai. Ini yang membuat jalan pemikiran Dr Hammond
begitu kelam… yang membuat sisi kegelapannya begitu menggelora ketika ia
mendapatkan kekuatan yang menyaingi kemampuan Hal Jordan sebagai
anggota Green Lantern. Jika saja fokus karakter antagonis dihadirkan
hanya pada karakter Dr Hammond – dengan tanpa memberikan karakter
Parallax jalan cerita yang lebih besar – maka mungkin karakter Dr
Hammond dapat dikembangkan menjadi satu karakter antagonis yang lebih
kelam dan lebih memorable.
Selain fokus cerita yang berlangsung pada setiap karakternya, Green Lantern
juga memiliki beberapa cerita pendukung yang berlatar belakang di
beberapa tempat seperti Bumi dan planet Oa, dimana markas para Green
Lantern berada. Kehadiran beberapa lokasi latar belakang cerita memang
dimaksudkan untuk lebih memperkenalkan penonton pada fondasi cerita Green Lantern,
khususnya pada mereka yang belum pernah menikmati dan mengenal seri
komik ini sebelumnya. Sayangnya, dengan penggambaran yang tidak begitu
handal, kisah-kisah pendukung yang dihadirkan justru terkesan tidak
berguna dan membuang-buang waktu.
Keberhasilan Martin Campbell atas beberapa seri James Bond
yang pernah ia tangani sepertinya akan menjadi modal yang cukup besar
baginya untuk dapat menghadirkan rangkaian kisah dengan penuh adegan
aksi yang memikat pada Green Lantern. Sayangnya, hal tersebut
tidak begitu mampu tereksplorasi dalam film ini. Pengarahan Campbell
sama sekali tidak memberikan pengaruh yang signifikan akibat ketiadaan
sesuatu yang istimewa yang dapat dirasakan dari jalan cerita film ini.
Usaha Campbell dalam menghadirkan tata special effect yang kuat
mungkin cukup berhasil. Namun tetap saja hal tersebut tidak akan mampu
menutupi sepenuhnya kelemahan yang telah hadir dari sisi penulisan
naskah.
Cukup disayangkan memang, sebuah franchise
yang terlihat akan mampu tampil meyakinkan – khususnya dengan jajaran
departemen akting yang mampu menghidupkan karakter yang mereka perankan
dengan baik – ternyata tidak lebih dari sekedar kisah pertarungan antara
karakter baik melawan karakter jahat yang dihantarkan dengan begitu
sederhana terlepas dari usaha untuk menghadirkannya dengan tata special effect yang
kuat. Jelas, naskah yang tidak cukup kuat memberikan andil penuh akan
hal ini. Empat penulis naskah yang ada sepertinya gagal untuk
menghadirkan sebuah elemen penceritaan yang istimewa dan terjebak pada
berbagai formula dasar kisah penceritaan mengenai petualangan seorang superhero. Sebuah kesempatan pertama untuk dapat memikat penonton dengan kehadiran seorang superhero baru… namun gagal dilakukan dengan baik.
sumber nurcellmovies and amiratthemovies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar