Mereka adalah dukun yang terpanggil oleh roh-roh suci untuk menyembuhkan.
Oleh DAVID STERNFoto oleh CAROLYN DRAKE
Nergui berdiri di tengah ruangan. Sambil bersenandung, tubuhnya berayun kanan-kiri. Matanya terpejam, dan dia menggenggam seikat pita kain warna-warni. Suaranya parau dan nadanya berulang, seperti balada kuno: “Wahai langit biru agung, yang menyelimutiku, datanglah.”
Nergui adalah seorang boo, demikian sebutan orang Mongolia untuk dukun lelaki. Dia meyakini dirinya sebagai perantara alam manusia dengan alam gaib, tempat bersemayam roh dan dewa. Di seluruh Mongolia, Asia Tengah, dan Siberia, sosok-sosok mistis seperti Nergui sedang membangkitkan kembali tradisi lama. Dan ternyata orang-orang terbuka menyambut ritual mereka yang karismatik.
Setelah bersemadi dan melantun, Nergui masuk ke keadaan trance, yaitu keadaan saat roh dari alam gaib bebas memasuki tubuhnya. Kami berdelapan berkumpul, duduk di bangku dan tempat tidur rangka logam yang dirapatkan ke dinding pondok kayu satu-kamar miliknya.
Waktu itu baru saja lewat tengah hari. Bagi Nergui, jam tengah hari adalah waktu yang tepat untuk menjelajah ke dunia lain. “Langit serigala, tolonglah aku. Telah datang seseorang berhati damai yang sedang kesusahan. Langit agung, datanglah.”
Nergui adalah pria langsing yang bersahaja, dengan raut suram. Dia tidak bercukur, mengenakan del—jubah adat Mongolia—berwarna cokelat kusam, serta sabuk kuning dan selempang sutra biru yang melilit leher. Celana korduroi biru pudar mengintip dari balik jubahnya. Kakinya beralas sepatu dukun yang dibuat khusus dari kulit rusa kutub.
Dia orang Darhad, salah satu suku etnik pribumi di Mongolia utara, di dekat perbatasan Rusia. Suku Darhad yang berjumlah sekitar 20.000 jiwa mempertahankan sebagian besar gaya hidup nomad tradisional: boleh dibilang mata pencarian Nergui adalah memelihara sapi, kambing, domba, dan kudanya.
Mereka juga mempraktikkan perdukunan dalam salah satu bentuk yang paling murni, sebagai bagian integral dalam kehidupan mereka. Keterpencilan wilayah itu turut menjelaskan mengapa hampir tidak ada yang berubah. Senandung Nergui kian cepat sementara ayunan tubuhnya kian mirip tarian. Dia memberi aba-aba dan memecut-mecut dengan pita kainnya, seolah sedang memacu kuda.
Ranting kasturi yang dibakar dalam tungku besi tempa menguarkan aroma wangi; asapnya diyakini dapat menarik perhatian roh. Selimut yang tergantung pada dinding untuk mencegah panas keluar menjadikan ruangan tampak semakin kecil. Di sudut di seberang pintu terdapat kumpulan jimat, patung kecil, selendang berwarna, perca kain, dan jimat lain—altar bagi roh pelindung Nergui.
sumber http://nationalgeographic.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar